Selasa, 26 Mei 2009

mortum smst 2

ORGANUM REPRODUCTIVUM

Bunga (Flos)

Asal-usul Bunga

• Bunga merupakan sistem percabangan batang yang mendukung daun-daun fertil dan steril. Pada bagian sumbu batang yang berbentuk aksis, terdapat :
1. Aksis utama
2. Tangkai bunga (pedicellus)
3. Dasar bunga (receptacle)
• Daun steril dapat berupa daun pelindung (brachtea), daun tangkai (brachteola), daun kelopak (sepal), dan daun makhkota (petal).
Kedua terakhir disebut sebagai perhiasan bunga (perianthium).
• Daun fertil berupa
1. Benang sari (microsporofil = stamen)
Sebagai unit dasar penyusun alat kelamin jantan (Androecium)
2. Daun buah (megasporofil = carpella)
Sebagai unit dasar penyusun putik atau alat kelamin betina (Gynoecium)

Fungsi Bunga

• Bunga merupakan alat reproduksi pada tumbuhan berbiji.
• Pada masa anthesis, bunga mengalami penyerbukan (polinasi), kemudian akan mengalami peristiwa pembuahan (fertilisasi), yang merupakan perkembangbiakan seksual atau generatif, dan akan menghasilkan buah dan biji.
• Buah dan biji di alam sebagai alat pencar (dispersal) untuk bermigrasi.
• Buah dan biji merupakan salah satu alat pencar dan migrasi tumbuhan sering disebut alat perkembangbiakan (organ reproductive, diaspora, propagule, disseminule )


Sifat Bunga

• Tumbuh pada aksis (dari batang) yang beruas- ruas.
• Memiliki daun pelindung berupa brachtea (daun pelindung) atau seludang (spatha), fotosintetik
• Memiliki daun tangkai ( brachteola ),fotosintetik.
• Memiliki daun kelopak (sepal), umumnya memp. Berkas pengangkut 3 buah, fotosintetik.
• Memiliki daun makhkota (petal), umumnya memp. Berkas pengangkut 1 buah, memiliki antosean (zat warna) beragam.
• Alat kelamin pada bunga sempurna memiliki benang sari dan putik.
• Bagian bunga dapat tersusun acyclis, cyclis, hemicyclis
• Bagian bunga dapat bermetamorfose.

Bagian Bunga




• Bunga lengkap (flos completus)
 Disusun oleh perhiasan bunga lengkap, artinya terdapat 1 lingkaran daun kelopak dan 1 lingkaran daun mahkota.
 Bila tidak ada salah satunya disebut bunga tidak lengkap (flos incompletus), dan bila tidak memiliki perhiasan bunga disebut bunga telanjang (flos nudus).
 Terdapat golongan tumbuhan yang bunganya tidak memiliki daun mahkota disebut Apetalae, misalnya keluarga Piperaceae.
• Bunga sempurna (perfect flower)
 Bunga yang memiliki alat kelamin yang lengkap yaitu benang sari dan putik sehingga bunga tidak sempurna dapat berupa berkelamin tunggal (unisexualis), yaitu bunga jantan (staminate floweri) atau bunga betina (pistilate flower) atau tidak berkelamin.

Dasar bunga (receptacle atau torus)

• Dasar bunga dianggap sebagai ujung batang atau percabangan yang berhenti pertumbuhannya, mendukung pertumbuhan perhiasan dan kelamin bunga.
• Pada bunga primitif seperti Polycarpicae (Ranales), dasar bunga bentuk tugu atau tiang (torus),
• Pada Rosaceae, berevolusi menjadi bentuk lempengan,
• Pada Leguminosae berujud mendatar,
• Pada Rutaceae berujud cakram (discus),
• Pada Myrtaceae dasar bunga melebar berkembang menjadi hipantium (hypanthium).
• Berdasarkan perkembangan dasar bunga tersebut, posisi bakal buah dan perhiasan bunga dapat bersifat,
1. Epigen, perigen atau hipogen untuk bakal buah
2. Superus, hemi inferus, dan inferus untuk perhiasan bunga

Kelopak (calyx)

• Disusun oleh unit dasar berupa daun kelopak (sepal),
• Fungsi sebagai pelindung bunga pada waktu kuncup. Kelopak memiliki sifat mudah gugur(kecuali tumbuhan tertentu yang kelopaknya ikut menyusun buah, misalnya Solanaceae)
• Kelopak merupakan bagian yang berasal dari daun, terbukti masih bersifat fotosintetik (hijau), dan berkas pengangkutannya berjumlah 3 buah.
• Pada Malvaceae (Gossypium sp.dan Hibiscus rosa-sinensis) mempunyai kelopak tambahan (epicalyx).
• Antara daun kelopak satu dengan lainnya dapat lepas (polysepal) atau berlekatan (gamosepal). Bila bersifat gamosepal maka cuping kelopak dapat memiliki kondisi berbagi, bercangab, atau berlekuk.
• Berdasarkan simetrinya, kelopak dapat dibedakan antara :
1. Beraturan (actinomorf, reguler)
Dapat berbentuk bintang, tabung, terompet, mangkuk, piala, corong, lonceng, dsb.
2. Setangkup tunggal (zigomorf)
Dapat berbentuk taji (calcareus), berbibir (labiate)

Mahkota atau tajuk bunga (corolla)

• Unit dasar : daun mahkota (petala)
• Bersifat non fotosintetik, berwarna-warni karena memiliki antosean, berkas pengangkut berjumlah 1 buah, dan memiliki antosian yang beragam.
• Memiliki andil besar terhadap hadirnya serangga polinator.
• Daun mahkota bersifat mudah gugur (caducous) jarang bertahan sampai menyusun buah.
• Petal satu dengan yang lainnya dapat memiliki kemungkinan
1. Lepas atau bebas (choripetal, dialypetal, polypetal),memiliki bagian kuku daun mahkota (unguis) dan helaian daun mahkota (lamina).
2. Berlekatan (sympetal, gamopetal, monopetal), membentuk tabung yang memiliki bagian tabung atau buluh corolla, pinggiran corolla, leher corolla.
• Mahkota bunga yang saling berlekatan dapat memiliki simetri :
1. Beraturan dan dapat memiliki bentuk bintang (stellate), tabung (tubuler), terompet (hynocrateriform), mangkuk (cerceolate), corong (infundibuliform), lonceng (campanulate).
2. Simetri satu dapat memiliki bentuk bertaji (calcareus), berbibir (labiate), berbentuk kupu-kupu (papilionaceus), bertopeng atau kedok (personate), pita (ligulate)
• Bunga yang tidak memiliki tajuk bersifat apetala sering disebut bunga telanjang (flos nudus).


Kelamin Bunga

• Prototip bunga memiliki dua kelamin bunga, benang sari (stamen) dan putik (pistilum).
• Berdasarkan distribusi alat kelamin dapat dibedakan :
a. Bunga banci atau berkelamin dua (hermaprodite)
b. Bunga berkelamin tunggal (unisexualis)
b.1. bunga jantan (flos masculus atau staminate flower)
b.2. bunga betina (flos femininus atau pistillate flower)
b.3. bunga mandul (tidak berkelamin = steril)
• Pada tumbuhan, distribusi seks dapat dibedakan :
a. Berumah satu (monoecus),
Setiap individu memiliki kelamin jantan dan betina
b. Berumah dua (dioecus),
Terdapat individu jantan dan betina.
c. Poligami (polygamus),
Terdapat individu jantan, betina, dan banci.
Poligami memiliki variasi susunan kelamin bunga :
gynodioecus, androdioecus, monoeco-polygamus, gynomonoecus, trioecus atau trioeco-polygamus.

Posisi bagian-bagian bunga

• Bagian bunga satu terhadap yang lainnya dapat bersifat superposisi (berhadapan atau tumpang tindih) dan alternasi (berseling).
• Pada umumnya posisi bagian-bagian bunga adalah berseling, jarang yang bersifat superposisi.

Simetri bunga

• Dalam penentuan simetri bunga harus diperhatikan adanya bidang simetri dan bidang median. Kondisi simetri bunga dapat beraneka ragam antara lain :
a. Asimetri atau tidak simetri
b. Setangkup tunggal (monosimetri atau zigomorf)
Dibedakan antara :
- setangkup tunggal
- setangkup mendatar
- setangkup miring
c. Bilateral simetri atau disimetri
d. Beraturan atau simetri banyak (polysimetri, reguler, actinomorf)


Susunan Bunga

• Bunga pada batang tumbuhan dapat bersifat :
1. Bersifat tungggal (planta uniflora)
2. Bersifat banyak (planta multiflora)
Dapat berupa :
- Terpencar (flores sparsi)
- Tukal (glomerulus)
- Karangan bunga (inflorescentia atau anthotaxis ).
• Catatan : Pada Gymnospermae struktur bunga hanya berupa ruang pollen/serbuk sari (pollen chamber), yang berhubungan dengan lingkungan luar melalui liang (mikrofil ).
Bagian bunga majemuk

Bagian bunga majemuk dapat dibedakan
1. Bagian yang menyerupai batang atau cabang;
a. ibu tangkai bunga (pedunculus, pedunculus communis, rachis)
b. rachilla, rachiola
c. tangkai bunga (pedicellus)
d. dasar bunga (receptacle)
2. Bagian yang berbentuk seperti lembaran daun;
a. daun pelindung (brachtea atau spatha),
b. daun tangkai (brachteola),
c. daun kelopak (sepal),
d. daun mahkota (petal), daun buah (carpella),
e. benang sari (stamen = mikrosporofil),

Susunan bunga majemuk

• Sumbu bunga (scapus) dapat bercabang atau tidak bercabang, bila bercabang dapat memiliki tipe perbungaan:
a. monochasial, b. dichasial, dan c. pleiochasial.
• Berdasarkan mekarnya bunga pada karangan bunga dibedakan antara :
1. Bunga majemuk berbatas,
yaitu karangan bunga yang bunganya mekar dari pinggir ke tengah percabangan (inflorescentia cymosa, centrifuga, difinita)
2. Bunga majemuk tak berbatas,
yaitu karangan bunga yang bunganya mekar dari tengah (ujung) ke pinggir percabangan (inflorescentia racemosa, botryoides, centripetal)

Bunga majemuk berbatas

Berdasarkan pada percabangan tangkai induk (scapus) susunan bunga majemuk tidak berbatas, dapat bedakan :
A. Scapus tidak bercabang:
1. tandan (racemus),
2. bulir (spica),
3. untai atau bunga lada (amentum),
4. tongkol (spadix),
5. payung (umbella),
6. cawan (corymbus atau anthodium),
7. bongkol atau kepala (capitulum),
8. periuk (hypanthium).
B. Scapus bercabang:
1. malai (panicula),
2. malai rata (corymbus ramosus),
3. payung majemuk (umbella composita),
4. tongkol majemuk,
5. bulir majemuk.

Bunga majemuk tak berbatas

Berbagai macam susunan bunga majemuk berbatas dapat digolongkan berdasarkan pada susunan percabangan dan posisi bunga, antara lain:
1. anak payung menggarpu (dichasium),
2. tangga atau bercabang seling (cincinus),
3. sekrup (bostryx),
4. sabit (drepanium),
5. kipas (rhipidium),
6. berkarang (verticillata).



Buah (Fructus)
Asal-usul Buah

• Buah berkembang dari bakal buah (ovarium)
• Tersusun dari satu atau beberapa daun buah (carpella)
• Daun buah merupakan perkembangan dari makrosporofil atau megasporofil yang mendukung megaspora (bakal biji).
• Dalam perkembangannya, buah dibedakan :
1. Buah sejati atau sungguh/telanjang (fructus nudus)
Buah yang berkembang langsung dari bakal buah.
2. Buah semu atau buah tertutup (fructus clausus)
Buah yang berkembang dari bakal buah dan diikuti oleh sebagian bunga untuk membentuk buah.

Bagian bunga yang seringkali ikut tumbuh dan berkembangmenjadi bagian buah
antara lain daun pelindung,tangkai bunga,dasar bunga bersama,dasar bunga,
kelopak bunga, ibu tk bunga&tenda bunga, tangkai kepala putik,
kepala putik.

Penggolongan Buah

Baik buah sejati atau semu berdasarkan pada susunan atau karangan bunga asal-usulnya dapat dibedakan antara :
1. buah tunggal (dari bunga tunggal dengan satu bakal buah)
2. buah ganda (dari bunga tunggal dengan sejumlah bakal buah)
3. buah majemuk (dari bungamajemuk kemudian bersama-sama membentuk buah)
Buah sejati tunggal dapatmemiliki kemungkinan sebagai:
a. Kering (siccus) yaitu yang bagian luarnya kerasmengayu.
b. Berdaging (carnosus), dinding buah (pericarpium) tebal berdaging,
Dinding buah dibedakan antara:
- kulit luar (exocarpium, epicarpium),
- kulit tengah (mesocarpium),
- kulit dalam (endocarpium).
Buah sejati ganda meliputi:
1. Buah kurung ganda,
2. Buah batu ganda,
3. Buah bumbung ganda,
4. Buah buni ganda.
Buah sejati majemuk meliputi:
1. Buah buni majemuk,
2. Buah batu majemuk,
3. Buah kurung majemuk.






Buah Sejati kering dibedakan :
1. Buah sejati kering yang mengandung satu biji tidak pecah,
a. Buah padi (caryopsis), misalnya padi (Oryza sativa) dan jagung (Zeamays).
b. Buah kurung (achenium) misalnya bungamatahari (Helianthus annus) dan bunga asar (Mirabilis jalapa).
c. Buah keras (nux) misalnya sarangan (Castanea argentea).
d. Buah keras bersayap (samara) misalnya keluargaDipterocarpaceae.
2. Buah sejati tunggal kering yang mengandung banyakbiji, bila pecahmenjadi beberapa bagian buah (mericarpia) :
a. Buah berbelah (schizocarpium)
b. Buah kendaga (rhegma)
c. Buah kotak :
- buah bumbung (folliculus), satu daun buahsatu ruang, banyak biji, pecah menurut kampuh perutnya. MisalnyaWiduri (Calotropis gigantea), tapak doro (Catharantus roseus).
- buah polong (legumen), satu daun buah, satu atau banyak ruang dengan sekat semu, buah pecahmenurut dua kampuh (perut dan punggung) atau terputus-putus.
Misalnya pada semua jenis keluargaPapilionaceae, Mimosaceae, dan Caesalpiniaceae (Leguminosae).
- buah lobak atau polong semu (siliqua), dua daun buah, satu ruangan, dengan dua plasenta, pecah menurut dua kampuh. Misalnya pada semua jenis keluarga Cruciferae (Brassicaceae).
- buah kotak sejati (capsula), dua daun buah atau lebih, jumlah ruang sama dengan jumlah daun buah, buah pecah dapatmelalui: (1) katub atau kelep (valva) membelah ruang (Durio zibethinus), membelah sekat (Bixa orellana), (2) retak atau celah (rima) misalnya pada keluarga angerek (Orchidaceae), (3) gigi (dens) misalnya anyelir (Dianthus caryophyllus), (4) liang (porus) pada tanama apiun (Papaver somniferum), (5) Tutup (operculum) pada tanaman krokot (Portulaca oleracea).

Buah sejati tunggal berdaging antara lain: Buah buni (bacca), Buahmentimun (peppo), Buah jeruk (hesperidium), Buah batu (drupa), Buah delima, Buah aple (pomum)

Fungsi Buah

• Buahmerupakan bagian tumbuhan yang di dalamnya mengandung atau mendukung biji dengan plasentasi tertentu. Oleh karena itu buahmemiliki fungsi sebagai alat reproduksi terutama di dalamhal pemencaran tumbuhan di alam (dispersal), sehingga kadang-kadang buahmemiliki alat seperti : 1. sayap, 2. daging buah, 3. Struktur yang memungkinkan untukmengapung di air.
• Kandungan kimia buah seringmenyebabkan biji di dalamnya bersifat dorman sampai waktu tertentu hingga zat penghambat di dalamdaging buah terdegradasi (decomposisi). Kemudian biji berkecambah, kadang-kadang kulit buah yang keras juga dapatmenghambat terjadinya perkecambahan biji di dalamnya.


Biji (Semen)

Asal Usul Biji

• Biji tumbuh dan berkembang dari bakal biji, oleh karena itu biji mengandung lembaga (embrio).
• Biji memiliki penggantung biji atau tali pusar (funiculus) yang menancap pada bagian pusar biji (hillus), dan penggantung duduk pada daerah daun buah yaitu papan biji atau plasenta (placenta).
• Pada saat biji dewasa lepas dari tali pusar, tetapi ada kalanya tali pusar ikut tumbuhmenjadi salut biji atau selaput biji (arillus) seperti pada Durian (Durio zibhetinus), Rambutan (Nepheliumlapaceum), Pala (Myristica fragrans), dan lain-lain.

Sifat dan Fungsi Biji

• Biji berfungsi untukmempertahankan keberadaan jenis tumbuhan di alam, sehingga biji juga sebagaialat pencar utama bagi tumbuhan. Di tanah biji dapat segera tumbuh atau mengalami dormansi, sehingga terdapat sejumlah biji yang terdapat di dalamtanah (seed bank).
• Dormansi biji ini dapat dipengaruhi oleh: faktor dalambiji dan faktor luar yang terdiri dari antara lain; sinarmatahari, kelembaban tanah, mikroorganisme, dan lain-lain. Faktor dalam biji termasuk zat penghambat pertumbuhan pada buah, fertilitas embrio, sifat-sifat kulit biji, dan lain-lain.
• Dalamrangka pemencaran tumbuhan, biji pada tumbuhan tertentu dapatmemiliki ornamentasi permukaan biji berupa sayap dan atau bulu-bulu, dan lain-lain.

Bagian-bagian Biji

• Biji adalah bakal biji yang telahmasak karena telah dibuahi dan setiap biji mengandung lembaga (embrio), jadi biji berkembang dari bakal biji.
• Bakal biji (ovulum) memiliki kedudukan pada daun buah dengan bagian:
- Tembuni (plasenta),
- Penggantung (funiculus),
- Pusar bakal biji (hillum).
• Menurut posisi biji terhadap daun buah dapat terjadi;
1. biji terdapat di bagian luar dari daun buah, disebut biji telanjang atau terbuka, dimiliki oleh tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae).
2. Biji terdapat di bagian dalamdari daun buah, disebut biji tertutup, dimiliki oleh tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae).

• Pada biji umumnya dapat dibedakan bagian-bagian:
- kulit biji (spermodermis),
- tali pusar (funiculus),
- pusar biji (hillus),
- inti biji (nucleus seminis),
• Bakal biji setelahmenjadi biji istilah bagian-bagiannya berbeda.
integumen→spermodermis
zigot→embrio (lembaga)
inti kandung lembaga→cadanganmakanan
nuselus →?
inti yang lain →?
• Secaramorfologi, kulit biji tumbuhan berbiji tertutup dibedakan menjadi dua lapisan:
- kulit luar (testa),
- kulit dalam(tegmen).
• Kulit biji pada tumbuhan berbiji terbuka umumnya dapat dibedakan menjadi 3 lapisan:
- kulit luar (sarcotesta),
- kulit tengah (sclerotesta),
- kulit dalam(endotesta).
• Bagian lain penyusun kulit luar biji antara lain: Sayap (alae), bulu (coma), salut biji (arilus), salut biji semu (arillodium), pusar biji (hilus), liang biji (microphyle), berkas pembuluh pengangkutan (chalaza), tulang biji (raphe).

• Tali Pusar (Funiculus),
Merupakan penghubung biji ke pusar pada biji dan tembuni pada daun buah.
• Inti Biji (Nucleus Seminis)
Inti biji terdiri atas:
1. Lembaga (embrio)
Pada tumbuhan berbiji telah memperlihatkan bagian:
- Akar lembaga (radicula),
- Daun lembaga (cotyledo),
- Batang lembaga (caulicula),
- Pucuk lembaga (plumula).
2. Putih Lembaga (Albumen)
Merupakan bagian biji terdiri dari jaringan tempat cadangan makanan bagi lembaga, tidak setiap biji memiliki putih lembaga, cadangan makanan dapat tersimpan dalam daun lembaga.
Dibedakan:
- Putih lembaga dalam(endospermium),
- Putih lembaga luar (perispermium)



Bunga (

• Diagram bunga adalah suatu gambar proyeksi semua bagian bunga pada bidang datar bila diiris melintang.
• Bagian-bagian bunga yang harus digambarkan adalah :
1. Aksis bunga,
2. Daun-daun pelindung (brachtea, spatha, brachteola),
3. Daun-daun kelopak (sepala),
4. Daun-daunmahkota (petala),
5. Benang sari (mikrosporofil – stamen),
6. Putik (makrosporofil - pistil).

1. Aksis Bunga
Merupakan cabang atau batang yang ditumbuhi bunga, sehingga bila posisi bunga terminal (ujung) maka aksis terdapat di tengah lingkaran diagram bunga, dan bila bunga posisinya aksiler (diketiak) maka aksis berada di samping baik bagian atas atau bawah dari diagram bunga
2. Daun Pelindung
Daun pelindung dapat berupa daun pelindung (brachtea) atau spatha atau daun tangkai (brachteola). Masing-masing muncul pada buku batang yang berbeda, jadi terletak pada lingkaran yang berbeda.
3. Daun Kelopak
Pada umumnya, daun kelopak tersusun dalamsatu lingkaran membentuk kelopak bunga (calyx). Jadi tersusun dalam satu lingkaran. Tetapi pada keluargaMalvaceae dapat memiliki kelopak tambahan (epicalyx), diberi lambang tertentu.
4. Daun Mahkota
Pada umumnya daunmahkota tersusun dalam satu lingkaran membentuk mahkota bunga (corolla), jadi tersusun dalam satu lingkaran. Tetapi pada keluarga Asclepiadaceae jenis anggotanya ada yang memilikimahkota tambahan (corona), sehingga perlu diberi lambang tertentu. Pada keluarga Angrek (Orchidaceae) dan Pisang (Musaceae) salah satu daun mahkota bermetamorfose menjadi bibir-bibiran (labellum), perlu diberi lambang tertentu pula.
5. Benang Sari
Benang sari pada bunga dapat berjumlah banyak atau hanya satu saja (Zingiberaceae), dan dapatmenempati beberapa lingkaran. Perlu juga diperhatikan susunan benang sari dapat siklis, hemisiklis, atau spiralis. Untuk susunan siklis biasanya terdapat 2 lingkaran benang sari.
Lambang Khusus :
Melastomaceae, benang sari berubahmenjadi staminodium, Zingiberaceae,
5 benang sari berubah menjadi bibir-bibiran, Orchidaceae, pollen menjadipolinaria
6. Putik
Dalampembuatan diagram bunga, sifat pada putik yang diperhatikan adalah: jumlah daun buah, tipe plasentasi biji, dan kedudukan bakal buah.

Rumus Bunga

• Selain diagram bunga, susunan bunga dapat disajikan dengan rumus bunga, berisi lambang, huruf, angka yang dapat menggambarkan berbagai sifat bunga dan bagian-bagiannya.
• Rumus bunga memiliki informasi cukup lengkap tentang susunan bagian bunga, tetapi informasi tentang aestivasi bagian-bagian bunga tidak dapat diekspresikan sehingga dapat dianjurkan rumus dan diagram bunga dibuat bersama-sama karena saling melengkapi satu dengan yang lainnya.

1. Lambang
Lambang-lambang digunakan untuk menggambarkan mengenai simetri dan kelamin bunga. Untuk simetri tunggal (zigomorfi) diberi lambang ↑, dan untuk simetri reguler (actinomorfi) diberi lambang ∗, sedang untuk kelamin banci ( ), kelamin jantan ( ), dan kelamin betina ()
2. Huruf
Kelopak bunga, mahkota bunga, alat kelamin jantan, dan betina diberi tanda huruf sebagai berikut :
a. K atau Ca untuk kelopak bunga (K) atau calyx (Ca),
b. C atau Co untuk corolla (C atau Co), atau huruf P (perigonium),
c. A untuk benang sari sbg alat kelamin jantan (androecium) (A)
d. G untuk putik sbg alat kelamin betina atau gynoecium (G)
3. Angka
Angka disusun sebagai indeks dari K, C, A, dan G yang menyatakan jumlah unit penyusunnya, misalnya :
Ca 5 : calyx terdiri dari 5 sepal
Co 5 : corolla terdiri dari 5 petal
A 5 : androecium terdiri dari 5 stamen
G 5 : gynoecium terdiri dari 5 daun buah
Disamping itu bila benang sari berjumlah 10 tetapi tersusun dalam dua lingkaran maka ditulis A 5 +5, dan bila jumlahnya lebih dari 20 buah maka ditulis A ~.

Terdapat notasi ( ) menyatakan apabila unit-unit tersebut berlekatan misalnya :
( Ca 5 Co 5 ) A (5) G (5)
artinya antara calyx dan corolla berlekatan, antar stamen berlekatan, dan antar daun buah berlekatan. Pada G bila posisi bakal buah menumpang, tenggelam atau setengah tenggelam dapat ditulis : G (5) G (5), atau G (5)-


AKAR (Radix)

Akar memiliki sifat

1. Memiliki struktur tidak beruas dan berbuku.
2. Tidak berklorofil.
3. Pertumbuhan geotropi positif, hidrotropi dan fototropi negatif.
4. Tumbuh terus di bagian ujung, dan bentuknya menyesuaikan untuk menembus tanah.

Akar tumbuhan berbiji mempunyai sistem akar tunggang (mencirikan golongan tumbuhan Dicotyledoneae) dan sistem akar serabut (mencirikan golongan tumbuhan Monocotyledoneae).
Akar Tunggang
(fibrous root system) Akar Serabut
(adventitious root system)
Sistem akar tunggang tumbuh dan
berkembang dari bagian lembaga
yaitu calon akar (radicle) yang
berada di ujung hypocotyl
kecambah Sistem akar serabut terjadi karena
akar primer mereduksi dan akar
tumbuh dari buku-buku batang di
daerah epicotyl
Bagian2nya : Leher akar, Batang
akar, Serabut akar,Rambut
akar,Tudung akar. Bagian2nya : Serabut akar,
Rambut akar,Tudung akar.
Dibedakan
1. Akar tombak/pena (fusiform)
2. Akar gasing (napiform)
3. Akar benang (filiform) Dibedakan :
1. Akar serabut kecil
2. Akar serabut sedang
3. Akar serabut besar

Metamorfosis Akar
1. Akar banir atau papan (butres), misal : akar kenari (Canarium commune; Burseriaceae)
2. Akar tunjang atau egrang (stilt, prop), misal : akar pandan (Pandanus tectorius, Pandanaceae)
3. Akar pelekat (radix adligans), misal : akar sirih (Piper betle; Piperaceae)
4. Akar udara atau gantung (radix aureus), misal : akar anggrek epifit (Orchidaceae)
5. Akar penggerek atau penghisal (haustoria), misal : akar benalu (Dendrophtoe pentandra; Loranthaceae)
6. Akar napas (pneumatophora), misal : akar bogem (Sonneratia alba)
7. Akar lutut (knee), misal : akar tancang (Bruguiera gymnorhyza)
8. Akar pembelit (cirrhus radicalis), misal : akar panili (Vanilla planifolia)
9. Umbi akar (tuber rhizogenum), misal : umbi ubi kayu (Manihot utilissima)
10. Duri akar (spina rhizogenum), misal : akar gembili (Dioscorea aculatea)

Batang (Caulis)

• Batang pada tumbuhan talus (ganggang dan lumut hati) masih berupa talus
• Pada tumbuhan lumut daun dinyatakan berasal dari kutub batang embrio
• Paku dari kutub batang embrio
• Tumbuhan berbiji berasal dari batang lembaga (caulicula) yang berkembang menjadi ruas epicotyl pada kecambah (plantula).

Sifat-sifat batang

1. Silindris dan reguler simetri.
2. Berbuku-buku.
3. Fototropi (Heliotropi).
4. Memiliki meristem ujung yang selalu tumbuh, dan samping dapat tumbuh atau dorman (tidur).
5. Mengadakan percabangan.
6. Pada umumnya tidak berwarna hijau.

Fungsi batang

1. Pendukung bagian tegak tumbuhan.
2. Memperluas bidang fotosintesis.
3. Jalan pengangkutan air dan zat makanan melalui berkas pengangkutan.
4. Tempat cadangan makanan.


Kuncup (gemma, buding)
• Berdasarkan pertumbuhan dan perkembangannya, kuncup dapat dibedakan :
- Kuncup daun/cabang (gemma foliifera)
- Kuncup bunga (gemma floriifera)
- Kuncup campuran (gemma mixta)
• Berdasarkan posisi pada batang dibedakan :
- Kuncup ujung (terminal bud)
- Kuncup samping (axillar bud, lateral bud)
- Kuncup dikedua sisi kuncup samping (collateral bud)
- Kuncup ujung semu (pseudoterminal bud)
- Kuncup di bekas daun (infrapetiolar bud)

Klasifikasi Batang

• Berdasarkan pertumbuhan perkembangan kuncup :
1. Monocaulis, terdiri dari 2 macam : monocarpi dan polycarpi
2. Monopodial
3. Simpodial
• Berdasarkan perawakan :
1. Herbaceus, Lignosus (semak atau pohon; calamus atau calmus)
2. Annual, Biennial, Perennial
3. Fanerofit, Kamaefit, Hemikriptofit, Kriptofit/Geofit, Terofit
4. Epifit, Epifil, Liana, Parasit

• Berdasarkan arah tumbuh :
1. Batang pokok,
- Tegak lurus (erect)
- Condong atau serong ke atas (ascendens)
- Berbaring atau mendatar (humifuse, decumbens)
- Merayap atau menjalar (repens)
- Menggantung (dependens; pendulus)
- Mengangguk (nutans)
2. Cabang batang
- Tegak (festigiate)
- Condong ke atas (patens)
- Mendatar (horizontale)
- Terkulai (declinate)
- Menggantung (penduls)

Sifat Cabang Batang

• Geragih (stolon; flagella) , misal Cyperus rotundus (geragih dalam tanah) atau Centella asiatica (geragih di atas tanah)
• Tunas air atau wiwilan (virga singularis), misal Theobroma cacao
• Sirung panjang (virga)
• Sirung pendek (virgula)

Pertumbuhan cabang batang dan ranting, terdapat dua model
• Terus-menerus (continue), misal pada Cocos nucifera
• Berselang waktu (rythmis), misal pada Terminalia cattapa

Pola pertumbuhan kuncup pada batang akan membentuk tajuk dan arsitektur percabangan batang tumbuhan

Metamorfosis Batang

• Umbi batang (tuber caulogenum), misal Ipomoea batatas, Dahlia variabilis, Solanum tuberosum. Pada tumbuhan tertentu terdapat umbi yang terdapat di batang disebut katak/ketibung (tuber cauliner) missal pada Dioscorea alata
• Cakram (discus), misal pada Allium cepa
• Rimpang (rhizome), misal pada Musa paradisiaca, Zingiber officinale, Marantha arundinaceae, Canna edulis
• Kladodia (cladodia), misal pada Opuntia elatior
• Filokladia (phyllocladia), misal pada Muchlenbeckia platyclada
• Duri dahan (spina caulogenum), misal pada Bougainvillea spectabilis






DAUN

Asal-usul dan Perkembangan Daun

• Daun adalah organ yang merupakan tonjolan (apendage) dari batang, umumnya tumbuh secara bilateral, dan mengandung klorofil, serta memiliki struktur anatomi yang berkaitan dengan fungsinya untuk fotosintesis.
• Daun secara fundamental memiliki blade (lamina) dan leafstalk (petiole) serta bagian leafbase (leaf cushion, leaf buttres, leaf foundation) sebagai bagian antara batang dan daun (Eames, 1961)

Daun Pada Tumbuhan Tingkat Rendah dan Tinggi

• Tumbuhan ganggang
Tubuh berbentuk talus sehingga struktur daun belum ada, tetapi pada jenis-jenis ganggang tertentu memiliki struktur seperti daun (phylloid), misalnya pada Sargassum spp. dan Turbinaria spp.
• Tumbuhan lumut
Kelas Hepaticopsida dan Anthocerotopsida tubuh masih berbentuk talus, jadi belum ada struktur daun Pada kelas lumut daun (Bryopsida), struktur daun telah ada, tetapi belum memiliki struktur ibu tulang daun (costa) atau berkas pengangkutan.
• Tumbuhan paku dan tumbuhan berbiji
Telah memiliki daun dengan ibu tulang daun (costa) atau berkas pengangkutan. Pada tumbuhan paku terdapat perbedaan antara tipe microphyll dan macrophyll. Macrophyll dapat berupa sisik atau scale seperti pada Lycopodium spp. Dan Equisetum spp.
• Pada tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae)
Daun dapat berkembang pipih bilateral misalnya daun melinjo (Gnetum gnemon), berbentuk jarum misalnya pada pinus (Pinus merkusii), tetapi dapat hanya berupa sisik (scale) seperti pada cemara (Casuarina spp.)
Sifat Daun

Daun pada umumnya memiliki sifat-sifat :
1. Bentuk umum tipis melebar (pipih bilateral),
2. Memiliki zat warna hijau (klorofil),
3. Warna daun berubah dari stadium muda ke tua,
4. Pada umur tertentu runtuh, tetapi terdapat jenis tumbuhan yang enggugurkan daunnya pada waktu-waktu tertentu, perilaku tumbuhan seperti itu dimiliki oleh golongan tumbuhan meranggas (Tropophyta). Contohnya adalah Jati (Tectona grandis), Randu alas (Salmalia malabarica), Para (Hevea brasiliensis), dan lain-lain,
5. Jumlah daun tergantung pada jenis tumbuhan,
6. Daun dapat heterofili (anisofili) atau heteromorfisme.

Fungsi Daun

• Pengambilan zat-zat makanan (resorbsi).
• Asimilasi atau fotosintesis.
• Penguapan air (transpirasi).
• Pernafasan (Respirasi)
• Pada tumbuhan yang adaptik pada tempat yang teduh dan lembab daun melakukan aktivitas gutasi.
Terdapat perilaku daun berkaitan dengan adaptasi di alam,
a. Hidatoda cone,
b. Trofofita,
c. Anisophyll,
d. Heteromorfisme,
e. Bentuk xerofit,
f. Penangkap serangga.

Bagian Daun

• Daun dapat lengkap atau tidak lengkap
• Daun lengkap memiliki bagian-bagian
1. Upih atau pelepah daun (vagina),
2. Tangkai daun (petiolus),
3. Helaian daun (lamina)
Contoh : pisang (Musa paradisiaca),
pinang (Areca catechu), bambu (Bambusoidae).
• Daun tidak lengkap dapat memiliki kemungkinan sebagai:
1. Daun bertangkai, misal mangga (Mangifera indica)
2. Daun berupih, misal jagung (Zea mays),
3. Daun duduk, misal widuri (Calotropis gigantea),
4. Daun memeluk batang (amplexicaulis), misalnya tempuyung (Sonchus arvensis).

Pengikut daun (alat tambahan atau pelengkap daun)

1. Daun penumpu (stipula).
• bebas (liberae) terletak di kanan-kiri tangkai daun dan lepas, misalnya pada keluarga waru (Malvaceae).
• melekat di kanan kiri tangkai daun (adnatae), misalnya pada keluarga mawar (Rosaceae).
• berlekatan dan mengambil tempat di ketiak daun (axillaris atau ntrapetiolaris)
• melekat menjadi satu dan berhadapn dengan daun (opposita atau antidroma)
• bersilangan dengan tangkai daun (interpetiolaris), misalnya pada keluarga pace (Rubiaceae).
2. Selaput bumbung (Ocrea atau Ochrea) spesifik pada keluarga Polygonaceae.
3. Lidah-lidah (ligula) spesifik pada beberapa jenis keluarga Poaceae (Gramineae).

Helaian daun

Helaian daun memiliki sifat-sifat yang penting diperhatikan untuk keperluan identifikasi atau klasifikasi tumbuhan, antara lain:
• Bangun (circumcriptio),
• Pangkal (basis),
• Ujung (apex),
• Tepi (margo),
• Pertulangan (nervatio),
• Daging daun (intervenium),
• Permukaan daun, dan
• alat tambahan.

Bangun Daun

• Bangun atau bentuk daun ditentukan berdasarkan bentuk dari bagian helaian daun, dalam penentuannya dapat berdasarkan ukuran atau perbandingan dengan bentuk-bentuk alam atau benda tertentu
• Bentuk helaian daun ditentukan berdasarkan pada 4 pola (seri) pokok:
a. Seri ellips (bagian terlebar di tengah helaian)
b. Seri bulat telur /ovate (bagian terlebar di bawah tengah helaian), dibedakan antara :
b.1. pangkal helaian daun tidak bertoreh
b.2. pangkal daun bertoreh atau berlekuk
c. Seri bulat telur terbalik / obovate (bagian terlebar di atas helaian)
d. Seri garis / linear (tidak ada bagian yang terlebar)


Seri Ellips

Pola elip (ellipsoid), helaian daun memiliki bagian terlebar berada di bagian tengah helaian, pola ini dapat diklasifikasikan menjadi 4 bentuk berdasarkan perbandingan ukuran panjang dan lebar, yaitu :
1. Bulat (orbicularis), P : L = 1 : 1,
misalnya daun pada ketela pohon (Manihot utilisima), ceplok piring (Natophanax scutelarioides).
2. Jorong (ellipticus atau ovalis), P : L = 1,5-2 : 1
3. Memanjang (oblongus), P : L = 2,5-3 : 1,
misanya daun pisang (Musa spp.).
4. Lanset (lanceolate), P : L = 3 - ~ : 1,
misalnya daun Thevetia peruviana, Nerium oleander.

Seri Bulat Telur

• Pola bulat telur (Ovate), helaian daun memiliki bagian terlebar di bawah bagian tengah helaian, dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu:
1. Pangkal helaian daun tidak bertoreh,
a. bulat telur (ovate),
b. segi tiga (trianguler),
c. delta (deltoideus),
d. belah ketupat (rhomboideus).
2. Pangkal helaian daun bertoreh,
a. jantung (cordate),
b. ginjal (reniformis),
c. anak panah (sagittate),
d. tombak (hastate),
e. bertelinga (auriculate).

Seri Bulat Telur Terbalik Seri Garis

• Pola bulat telur terbalik (Obovate), helaian daun memiliki bagian terlebar di bawah bagian tengah helaian,
a. bulat telur terbalik (obovate),
b. jantung terbalik (obcordate),
c. segi tiga terbalik (cuneate),
d. sudip (spathulate).
• Pola garis (Linear), secara teoritik tidak terdapat bagian helaian yang terlebar, jadi dari pangkal ke ujung hamper sama
a. garis (linearis),
b. pita (ligulate),
c. pedang (ensiform),
d. paku atau dabus (subulate),
e. jarum (acerosus).

Pangkal Daun

Pangkal daun merupakan gambaran pertemuan antar dua sisi helaian daun, baik melalui pertemuan langsung atau tidak langsung Tepi daunnya tidak bertemu, yaitu dibatasi oleh terusan antara tangkai daun dan ibu tulang daun
1. runcing (acutus)
2. meruncing (acuminatus)
3. tumpul (obtusus)
4. membulat (rotundatus)
5. rompang atau rata (truncatus)
6. terbelah (retusus)
7. berduri (mucronatus)
Tepi daunnya bertemu
1. perisai (peltatus)
2. tertembus batang (perfoliatus)


Ujung Daun

Bentuk ujung helaian daun ditentukan berdasarkan besarnya sudut dan asesoris daun.
• runcing (acutus)
• meruncing (acuminatus)
• tumpul (obtusus)
• membulat (rotundatus)
• rompang atau rata (truncatus)
• terbelah (retusus)
• berduri (mucronatus)


Tepi Daun

a. Rata (integer)
b. Bertoreh (divisus), terdapat empat variasi berdasarkan tumpul dan tajamnya sudut angulus (sudut ke luar) dan sinus (sudut ke dalam) pada tepi daun yang bersangkutan
- bertoreh merdeka
1. begerigi (serratus)
2. bergigi (dentatus)
3. beringgit (crenatus)
4. berombak (repandus)
- bertoreh mempengaruhi bentuk
1. berlekuk (lobatus)
2. bercangab (fidus)
3. berbagi (partitus)

Tulang Daun

Fungsi :
a. Penguat helaian daun
b. Berupa berkas pengangkutan
Dibedakan antara :
a. ibu tulang (costa)
b. tulang cabang (nervus lateral)
c. urat daun (vena)
Berdasarkan susunan tulang cabang dibedakan susunan :
a. menyirip (penninervis)
b. menjari (palminervis)
c. melengkung (curvinervis)
d. sejajar atau lurus (rectinervis)



Daging daun
• Daging daun merupakan bagian helaian di antara urat daun, sebagai tempat berlangsungnya peristiwa fotosintesis.
• Penentuan macam daging daun berdasarkan uji organoleptik pelipatan tebal-tipis daun.
• Sampai saat ini dapat dibedakan macam daging daun:
a. tipis-selaput (membranaceus),
b. tipis-perkamen (perkamenteus),
c. tipis-kertas (papyraceus),
d. tipis seperti kulit (coriaceus),
e. tipis-lunak (herbaceus),
f. tebal-berdaging (carnosus).

Permukaan Daun

• Macam permukaan daun ditentukan oleh uji organoleptik perabaan permukaan daun berdasarkan pada ada tidaknya alat tambahan permukaan daun.
• Berbagai macam permukaan daun anatara lain:
a. licin (laevis),
b. gundul (glabrous),
c. kasap (scaber),
d. berkerut (rugosus),
e. berbingkul (bullate),
f. berbulu (pilosus),
g. berbulu halus (villosus),
h. berbulu kasar (hispid),
i. bersisik (lepidus).

Daun Tunggal dan Daun Majemuk

No Sifat-sifat Daun Majemuk Daun Tunggal
1 Helaian Satu atau lebih Satu
2 Tangkai Tidak berartikulasi dan bercabang-cabang Berartikulasi dan tidak bercabang
3 Organ lain di ketiak tangkai induk
(petiolus communis) Di ketuak tangkai daun
4 Gugurnya helaian Bersama-sama Satu persatu

• Seperti pada daun tunggal, daun majemuk dapat memiliki bagian upih, tangkai, dan helaian anak daun.
• Tangkai daun majemuk dapat dibedakan antara bagian-bagian tangkai induk atau ibu tangkai (petiolus communis) atau disebut rachis.
• Rachis bercabang menjadi ruas cabang tingkat I (rachilla), bercabang lagi menjadi anak ruas cabang tingkat II (rachiolla) dan seterusnya.
• Struktur daun tunggalnya disebut anak daun (foliolum) dengan tangkainya disebut tangkai anak daun (petiololus).
• Berdasarkan susunan anak daun pada Tangkai induk (rachis) dapat dibedakan adanya 3 pola pokok yaitu:
a. Daun majemuk menyirip (pinnate) apabila anak daun duduk di kanan-kiri tangkai induk atau ruas cabangnya,
b. Daun majemuk menjari (palmatus) apabila anak daun duduk pada satu titik ujung tangkai induk atau ruas cabangnya,
c. Daun majemuk bangun kaki (pedatus) apabila terdapat dua anak daun posterior yang tertancap pada tangkai anak daun sebelumnya.

Daun Majemuk Menyirip
Berdasarkan jumlah anak daun dan posisi anak daun ujung,
a. Daun majemuk menyirip beranak daun satu (unifolialate) memiliki 1 daun ujung, terhadap artikulasi (sendi) antara anak daun ujung dgn tangkai induk, tangkai induk memiliki sayap (alae). Misalnya keluarga jeruk (Citrus spp.) dan melati (Jasminum spp.).
b. Daun majemuk menyirip genap (abrupte pinnate), sepasang anak daun di ujung tangkai induk, misalnya flamboyan (Delonix regia).
c. Daun majemuk menyirip gasal (imparipinnate), satu anak daun di ujung tangkai induk, misalnya kembang telang (Clittoria ternatea); Centrosema pubescens.

Berdasarkan posisi anak daunnya
a. Daun majemuk menyirip dengan anak daun berpasangan belimbing (Averhoea spp.),
b. Daun majemuk menyirip berseling sirsat (Annona spp.),
c. Daun majemuk berselang seling (interupte pinnate), tomat (Solanum lycopersicum) dan kentang (S. tuberosum).

Daun majemuk menjari
Daun majemuk menjari dapat memiliki kondisi ganda atau rangkap seperti daun majemuk menyirip, dan dapat dibedakan berdasarkan jumlah anak daunnya :
a. daun majemuk menjari beranak daun dua (bifoliatus)
b. daun majemuk menjari beranak daun tiga (trifoliolatus)
c. daun majemuk menjari beranak daun lima (quinquefoliate)
d. daun majemuk menjari beranak daun tujuh (septemfoliate) dst

Daun majemuk bangun kaki
Seperti daun majemuk menjari tetapi dua anak daun pangkalnya melekat pada tangkai anak daun sebelumnya.

Metamorfosis Daun

Daun di alam dapat menyesuaikan diri fungsinya terhadap faktor lingkungan di habitatnya, sehingga dapat bermetamorfose pada bentuk tertentu, yaitu mengalami perubahan bentuk berkaitan dengan fungsinya.
Terdapat berbagai metamorfosis daun,
a. Penyusun rimpang (rhizome),
b. Penyusun umbi lapis (bulbus),
c. Sulur daun (daun pembelit),
d. Piala (ascidium),
e. Gelembung (utriculus),
f. Duri daun (spina phyllogenum),
g. Duri daun penumpu (spina stipulogenum),
h. Daun semu (filodia),
i. Daun berjalan (walking leaf),
j. Penyusun batang semu (spurius stem)



Tata Letak Daun (Phyllotaxis)

• Pola pemunculan daun pada buku batang, mengakibatkan adanya perbedaan jumlah daun setiap buku batang, dan secara morfologi akan mengakibatkan terjadinya tata letak daun pada batang yang disebut duduk daun (phyllotaxis atau dispositio foliorum).
• Berdasarkan jumlah daun pada setiap buku batang
a. satu daun setiap buku batang,
b. dua daun setiap buku batang,
c. terdapat lebih dari dua daun setiap buku batang,
• Apabila ruas batang memiliki ukuran sangat pendek maka terdapat struktur duduk daun yang disebut roset (rosula) karena duduk daun berjejal-jejal,
a. roset batang
misal pohon kelapa (Cocos nucifera),
b. roset akar
misal lobak (Raphanus sativus L.) dan tapak liman (Elephantopus scaber L.).

Batang yang memiliki satu daun pada setiap buku batang memiliki duduk daun tersebar (folia sparsa).
a. spiral genetik.
b. ortostik.
c. Rumus daun (divergensi) = a/b
 Perbandingan antara banyaknya spiral genetik melingkari batang (a) dan jumlah daun yang dilewati dimana daun pertama tidak dihitung (b)
 Pecahan ini juga dapat menunjukkan jarak sudut antara daun tua ke yang lebih muda berturut-turut yang disebut sudut divergensi, besarnya a/b x 360°.
 Duduk daunnya tersebar mempunyai berbagai rumus duduk daun, yaitu 1/2, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21, dst (deret fibonacci)

Pada jenis tumbuhan tertentu, batang mengalami pemuntiran sehingga ortostik tidak lurus tetapi berbentuk spiral disebut spirostik.
Monospirostik, Pacing (Costus speciocus Smith.)
Dispirostik, Pisang (Musa paradisiaca L.)
Trispirostik, Pandan (Pandanus tectorius Sol.)
Ortostik seolah-olah terpatah-patah ke kiri dan ke kanan disebut parastik, Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack.), daun pelindung penyusun buah Nanas (Ananas comosus, L.).

Batang yang memiliki dua daun setiap buku batang,
a. Duduk daun berhadapan (folia opposita), misal Jati (Tectona grandis)
b. Duduk daun berhadapan-bersilang (folia decusate), misal Mengkudu (Morinda citrifolia L.), Soka (Ixora palludosa Kurz.)

Pada duduk daun seperti ini tidak dapat ditentukan rumus duduk daunnya.

Batang dengan lebih dari dua daun setiap buku batang, Duduk daunnya berkarang (folia verticillata) misal suku Apocynaceae antara lain Pulai (Alstonia scholaris R.Br.), Alamanda (Allamanda chatartica L.), Oleander (Nerium oleander L.), Tapak dara (Catharantus roseus L.)

Pada duduk daun seperti ini tidak dapat ditentukan rumus duduk daunnya.

Rabu, 06 Mei 2009

Tanaman Genjer

BAB I
DESKRIPSI MORFOLOGI TANAMAN GENJER

Genjer (Limocharis fava) adalah sejenis tumbuhan rawa yang banyak dijumpai di daerah pesawahan atau perairan yang dangkal. Biasanya ditemukan bersama-sama dengan eceng gondok. Tanaman genjer ini tumbuh di permukaan perairan atau akarnya masuk ke dalam lumpur. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan tahunan; rimpang tebal dan tegak, tinggi tumbuhan bisa mencapai setengah meter,

1.1. Deskripsi Daun
Daun merupakan salah satu bagian tumbuhan yang penting, dan pada umumnya setiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Daun ini hanya terdapat pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain dari tumbuhan. Bagian batang dimana daun itu melekat disebut dengan buku-buku (nodus).
Daun biasanya tipis, melebar, kaya akan suatu zat warna hijau yang dinamakan klorofil, oleh karena itu daun biasanya kebanyakan berwarna hijau, dan dari ciri umum itu memang sudah selaras dengan fungsi daun bagi tumbuh-tumbuhan, yaitu sebagai:
1. Pengambilan zat-zat makanan (resorbsi). Terutama yang berupa zat gas (CO2)
2. Pengolahan zat-zat makanan (asimilasi)
3. Penguapan air (transpirasi)
4. Pernafasan (respirasi)
Daun memiliki beberapa bagian, seperti;
1. Upih daun atau pelepah daun (vagina)
2. Tangkai daun (petiolus)
3. Helaian daun (lamina)
Daun yang mempunyai bagian-bagian tersebut termasuk pada kategori daun yang lengkap.
Tumbuhan yang mempunyai daun lengkap tidak begitu banyak jenisnya. Kekan tumbuhan mempunyai daun yang kehilangan salah satu diantara daun lengkap itu, dan daun yang seperti itu dinamakan dengan daun tidak lengkap.
Tanaman genjer (Limocharis flava) merupakan tanaman yang mempunyai daun yang termasuk kategori daun lengkap. Karena daun genjer mempunyai ketiga bagian-bagian daun itu, seperti yang tercantum pada gambar dibawah ini;



Jadi berdasarkan kelengkapan daun, tanaman genjer ini termasuk pada daun lengkap. Pada tanaman ini tidak ditemukan daun tambahan, dan jumlah helaian daun tanaman ini termasuk pada kategori daun tunggal (folium simplex).
Berdasarkan susunan tulang daun, tanaman genjer memiliki tulang daun yang Melengkung yaitu daun yang susunan tulang daunnya melengkung. Bagian daun terlebar pada genjer terletak pada bagian tengah helaian daun. Ujung distal helai daun (apex) meruncing (acuminatus).

1.2. Deskripsi Batang dan Akar
• Batang
Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang sangat penting, dan mengingat peranan atau kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan dapat disamakan dengan subu tubuh tumbuhan. Sebagai bagian tubuh tumbuhan, batang mempunyai tugas untuk:
1. Mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada diatas tanah.
2. Dengan percabangannya memperluas bidang asimilasi, dan menempatkan bagian-bagian tumbuhandi dalam ruang sedemikian rupa, hingga dari segi kepentingan tumbuhan bagian-bagian tadi terdapat dalam posisi yang paling menguntungkan.
3. Jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah ke atas dan jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari atas ke bawah.
4. Menjadi tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan.
Berdasarkan ada tidaknya batang, tumbuhan genjer ini termasuk pada tumbuhan berbatang jelas, karena batangnya terlihat dengan jelas. Berbeda dengan acaulis, selain tidak terlihat batangnya biasanya acaulis letak daun-daunnya sangat merapat.
Berdasarkan sifat batang genjer termasuk pada batang basah (herba), karena batang ini biasanya mengandung air, tidak berkayu dan berwarna hijau. Batang tanaman genjer berbentuk bundar (globosus). Berdasarkan arah batang di atas tanah genjer memiiki batang yang tegak (erectus) dengan berarah tegak lurus ke atas.

• Akar
Akar adalah bagian pokok yang nomor tiga (disamping batang dan daun) bagi tumbuhan yang tubuhnya telah merupakan kormus. Bagi tumbuhan, akar mempunyai tugas untuk:
1. Memperkuat berdirinya tumbuhan
2. Untuk menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut di dalam air tadi dari dalam tanah.
3. Mengangkut air dan zat-zat makanan tadi ke tempat-tempat pada tubuh tumbuhan yang memerlukan.
4. Kadang-kadang sebagai tempat untuk penimbunan makanan

Tumbuhan genjer ini biasa hidup di air, sawah ataupun rawa-rawa. Apabila dilihat tanaman ini mempunyai akar yang serabut. Akar lembaga dari tanaman ini dalam perkembangan selanjutnya mati atau kemudian disusul oleh sejumlah akar yang kurang lebih sama besar dan semuanya keluar dari pangkal batang. Akar-akar ini karena bukan berasal dari calon akar yang asli yang dinamakan akar liar, bentuknya seperti serabut, oleh karena itu dinamakan akar serabut (radix adventicia)

1.3. Deskripsi Bunga
Bunga merupakan alat untuk mempertahankan generasi dari suatu tumbuhan, dan biasa disebut dengan alat perkembangbiakan (organum reproductivum).
Genjer memiliki bunga yang mempunyai sifat seperti daun. Berdasarkan kelengkapan bunga, genjer memiliki bunga yang lengkap, karena di situ semua daun bunga seperti kelopak, mahkota, benang sari dan putik terdapat pada bunga genjer.

Pada suatu tumbuhan ada kalanya hanya terdapat satu bunga saja, tetapi umumnya pada suatu tumbuhan dapat ditemukan banyak bunga. Tumbuhan yang hanya menghasilkan satu bunga saja dinamakan tumbuhan berbunga tunggal (plantauniflora) sedang lainnya tumbuhan berbunga banyak (planta multiflora).
Jika suatu tumbuhan hanya mempunyai satu bunga saja, biasanya bunga itu terdapat pada ujung batang, jika bunganya banyak, sebagian bunga-bunga tadi terdapat pada ketiak-ketiak daun dan sebagian pada ujung batang atau cabang-cabang. Berdasarkan pada letaknya, bunga pada tanaman genjer ini terdapat di ketiak daun (flos lateralis atau flos axillaries).

1.4. Deskripsi Buah dan Biji
Jika penyerbukan pada bunga telah terjadi dan kemudian diikuti pula oleh pembuahan, maka bakal buah akan tumbuh menjadi buah, dan bakal biji yang terdapat di dalam bakal buah akan tumbuh menjadi biji. Buahyang berasal hanya dari bakal buah disebur dengan buah sejati, dan jika terdapat jaringan tambahan lain yang menyusun buah maka disebut buah semu. Pada tumbuhan genjer buah yang dimiliki tidak akan mengalami perkembangan dengan berdaging, makanya buah dari tanaman genjer ini termasuk pada buah semu.
Biji berkembang dari bakal biji yang dibuahi. Biji merupakan alat perkembangbiakan yang utama, karena pada biji mengandung calom tumbuhan baru (tembaga).

BAB II
NAMA DAN DESKRIPSI UMUM TANAMAN GENJER

2.1. Nama dan Klasifikasi Ilmiah Tanaman Genjer
Klasifikasi Tanaman Genjer
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (Berkeping satu/monokotil)
Ordo : Alismatales
Famili : Limnocharitaceae
Genus : Limnocharis
Species : Limnocharis flava

2.2. Deskripsi Umum Tanaman Genjer
Sekarang ini, Genjer merupakan tanaman yang hampir dilupakan oleh masyarakat Indonesia. Zaman dahulu ketika penjajah masih singgah di Negeri ini, tanaman genjer sangat terdengar akrab sekali dengan masyarakat bahkan waktu itu daun tanaman genjer ini sempat dijadikan bahan makanan untuk dikonsumsi manusia, saking tidak adanya makanan karena masyarakat waktu itu masih terbelenggu oleh penjajahan.

2.2.1. Lagu Genjer-genjer
Bahkan pada tahun 1960-an muncul lagu genjer-genjer yang di ciptakan oleh Muhammad Arief, pada waktu itu lagu ini sempat booming di Indonesia, tetapi pada era orde baru lagu ini lenyap seiring dengan pembubaran PKI yang dilakukan pada zaman orde baru itu, karena selain diidentikan dengan orang miskin tanaman ini pula kerap diidentikkan sebagai lagunya orang Partai Komunis Indonesia (PKI). Lagu genjer-genjer ini dikenal juga sebuah lagu yang berjudul “Turi-turi Putih”. Lagu yang terakhir ini dianggap sebagai lagu untuk orang-orang Partai Nasional Indonesia (PNI).
Lirik lagu Genjer-genjer berkisah tentang tumbuhan genjer, tumbuhan sawah yang memiliki kedekatan dengan kehidupan petani dan masyarakat kecil, menjadikannya mudah diterima oleh masyarakat luas. Boleh jadi mereka menyukai lagu ini karena liriknya mengisyaratkan keberpihakan pada rakyat kecil. Lirik lagu Genjer-genjer ditulis dalam bahasa Jawa, meski beberapa sumber menyebutkan adanya perbedaan lirik di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur akibat digunakannya logat bahasa Jawa yang berbeda.
Pun lagu Genjer-genjer yang dinilai mengandung ajaran komunis dalam lirik-liriknya, dan juga dianggap sebagai lagu pengiring upacara tak bermoral, tak lagi didendangkan. Tudingan tersebut juga diperkuat oleh penemuan “dokumen” berupa buku kumpulan lagu-lagu paduan suara yang berisi lagu-lagu rakyat dari berbagai daerah, salah satunya lagu Genjer-genjer, di lokasi kejadian. Buku yang diterbitkan oleh CC PKI dan dipergunakan untuk panduan paduan suara, dipandang sebagai bagian dari gerakan politik yang dilakukan PKI untuk melakukan perebutan kekuasaan. Apalagi bagian lirik yang berbunyi “..neng kledokan pating keleler” (..di lahan berhamparan), seringkali diartikan sebagai simbolisasi tubuh-tubuh para jendral yang berhamparan meregang nyawa. Sejak saat itu, Genjer-genjer yang pernah demikian akrab ditelinga berbagai kalangan masyarakat dipandang sebagai lagu yang dilekati dosa politik dan “terlarang”
Salah satu versi lirik yang banyak dikenal seperti tertulis dibawah ini:

Gendjer-gendjer neng ledokan pating keleler
Gendjer-gendjer neng ledokan pating keleler
Emake thole teka-teka mbubuti gendjer
Emake thole teka-teka mbubuti gendjer
Oleh satenong mungkur sedot sing tolah-tolih
Gendjer-gendjer saiki wis digawa mulih

Gendjer-gendjer esuk-esuk digawa nang pasar
Gendjer-gendjer esuk-esuk digawa nang pasar
didjejer-djejer diunting pada didasar
didjejer-djejer diunting pada didasar
emake djebeng tuku gendjer wadahi etas
gendjer-gendjer saiki arep diolah

Gendjer-gendjer mlebu kendil wedange umob
Gendjer-gendjer mlebu kendil wedange umob
setengah mateng dientas digawe iwak
setengah mateng dientas digawe iwak
sega sa piring sambel penjel ndok ngamben
gendjer-gendjer dipangan musuhe sega

(Gendjer-gendjer ada di lahan berhamparan
Gendjer-gendjer ada di lahan berhamparan
Ibunya anak-anak datang mencabuti gendjer
ibunya anak-anak datang mencabuti gendjer
Dapat sebakul dipilih yang muda-muda
Gendjer-gendjer sekarang sudah dibawa pulang

Gendjer-gendjer pagi-pagi dibawa ke pasar
Gendjer-gendjer pagi-pagi dibawa ke pasar
Ditata berjajar diikat dijajakan
Ditata berjajar diikat dijajakan
Emaknya jebeng beli genjer dimasukkan dalam tas
Gendjer-gendjer sekarang akan dimasak

Gendjer-gendjer masuk belanga airnya masak
Gendjer-gendjer masuk belanga airnya masak
setengah matang ditiriskan dijadikan lauk
setengah matang ditiriskan dijadikan lauk
nasi sepiring sambal pecel duduk di ambin
Gendjer-gendjer dimakan musuhnya nasi)

Lagu ini menggambarkan potret masyarakat Indonesia ketika di duduki oleh penjajahan Jepang.
Jadi sekarang ini tanaman genjer sering di identikkan sebagai makanan orang miskin, kadang orang kota segan untuk memakan tanaman ini. Kalau kita lihat kandungan gizi dari tanaman ini, tidak terlalu miskin gizi. Tanaman ini kaya akan serat

2.2.2. Awal Mula Munculnya Lagu Genjer-genjer
Sebelum pendudukan tentara Jepang pada tahun 1942, wilayah Kabupaten Banyuwangi termasuk wilayah yang secara ekonomi tak kekurangan. Apalagi ditunjang dengan kondisi alamnya yang subur. Namun saat pendudukan Jepang di Hindia Belanda pada tahun 1942, kondisi Banyuwangi sebagai wilayah yang surplus makanan berubah sebaliknya. Karena begitu kurangnya bahan makanan, sampai-sampai masyarakat harus mengolah daun genjer (limnocharis flava) di sungai yang sebelumnya oleh masyarakat dianggap sebagai tanaman pengganggu.
Situasi sosial semacam itulah yang menjadi inspirasi bagi Muhammad Arief, seorang seniman Banyuwangi kala itu untuk menciptakan lagu genjer-genjer. Digambar oleh M Arif bahwa akibat kolonialisasi, masyarakat Banyuwangi hidup dalam kondisi kemiskinan yang luar biasa sehingga harus makan daum genjer. Kisah itu tampak dalam sebait lagu genjer-genjer di atas.
Seiring dengan perkembangan waktu dan Indonesia mencapai kemerdekaan, Muhammad Arief sebagai pencipta lagu genjer-genjer bergabung dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) yang memiliki hubungan ideologis dengan Partai Komunis Indonesia. Maka lagu ini pun segera menjadi lagu popular pada masa itu, bahkan dalam pernyataannya kepada penulis, Haji Andang CY seniman sekaligus teman akrab M Arief di Lekra serta Hasnan Singodimayan, sesepuh seniman Banyuwangi menyebutkan bahwa lagu genjer-genjer menjadi lagu populer di era tahun 1960-an, di mana Bing Slamet dan Lilis Suryani penyanyi beken waktu itu juga gemar menyanyikannya dan sempat masuk piringan hitam.
Kedekatan lagu genjer-genjer dengan tokoh-tokoh Lekra dan komunis memang tak dapat dipungkiri. Bahkan dalam sebuah perjalanan menuju Denpasar, Bali pada tahun 1962, Njoto seorang seniman Lekra dan juga tokoh PKI sangat kesengsem dengan lagu genjer-genjer. Waktu itu Njoto memang singgah di Banyuwangi dan oleh seniman Lekra diberikan suguhan lagu genjer-genjer. Tatkala mendengarkan lagu genjer-genjer itu, naluri musikalitas Njoto segera berbicara. Ia segera memprediksikan bahwa lagu genjer-genjer akan segera meluas dan menjadi lagu nasional. Ucapan Njoto segera menjadi kenyataan, tatkala lagu genjer-genjer menjadi lagu hits yang berulang kali ditayangkan oleh TVRI dan diputar di RRI

2.2.3. Kandungan Tanaman Genjer
Mempunyai kandungan serat yang tinggi, sehingga ketika dimakan genjer memiliki rasa yang enak. Genjer kaya akan unsur gizi. Setiap 100 g genjer mengandung energi 39 kkal, protein 1.7 g, karbohidrat 7.7 g, kalsium 62 mg, fosfor 33 mg dan zat besi 2.1 mg. Sayuran ini juga kaya akan serat yang baik untuk menjaga saluran sistem pencernaan. Jika rajin mengkonsumsi sayuran ini, dipercaya kanker kolon dan sembelit akan jauh. Tapi dati tanaman genjer ini tidak mempunyai kandungan yang begitu mencolok, tidak banyak orang yang mencari-cari tanaman genjer

2.2.4. Manfaat Tanaman Genjer
Tanaman genjer sering sekali orang menganggapnya sebagai tanaman pengganggu, dan banyak dikesampingkan oleh orang. Bahkan banyak anggapan bahwa tanaman ini hanya dikonsumsi oleh masyarakat rendah. Alias makanan orang susah. Tanaman ini sering tumbuh di daerah rawa-rawa ataupun di daerah pesawahan. Anggapan orang itu tidak harus semuanya dipercayai, sebagai seorang biologiwan kita harus lebih menelitinya lagi benarkah tanaman ini demikian?
Karena tanaman ini kaya akan serat, maka genjer ini baik dikonsumsi oleh orang yang susah berak, sehabis makan genjer sebaiknya kita makan Pepaya masak, sebab Pepaya termasuk juga bahan yang berguna memperlancar berak, karena kalau kita mencampur keduanya biasanya buang air besar kita menjadi lancar dan tidak perlu lagi makan obat untuk memperlancar BAB kita.


2.2.5. Fobia Tidak Logis Terhadap Genjer-genjer
Pelarangan lagu Genjer-genjer sebenarnya sangat tidak beralasan, padahal jika disadari Genjer-genjer juga salah satu produk budaya. Tetapi karena Politik Pukul Rata yang diterapkan oleh pemerintahan orde baru, maka seluruh produk yang dilahirkan atau terkait dengan orang-orang komunis haram hukumnya dan patut dihabisi.
Beberapa stereotype lagu Genjer-genjer menjadi lagu komunis disebabkan oleh beberapa factor. Pertama, seperti yang diketahui, sejarah lagu Genjer-genjer berkembang dan dikreasikan oleh kalangan komunis di masanya, walaupun masyarakat luas yang tidak komunis pun sangat menyukai lagu tersebut. Dan factor lanjutannya adalah, ketika peristiwa G 30 S tahun 1965 meledak, Harian KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) menjadikan lagu Genjer-genjer sebagai media kritik, hal ini dilakukan dengan memplesetkan lagu Genjer-genjer menjadi Jendral-jendral. Seperti yang dikutip dari catatan pribadi Hasan Singodimayan, seniman HSBI, menuliskan lagu plesetan Jendral-jendral tersebut.


Jendral Jendral Nyang ibukota pating keleler
Emake Gerwani, teko teko nyuliki jendral
Oleh sak truk, mungkir sedot sing toleh-toleh
Jendral Jendral saiki wes dicekeli

Jendral Jendral isuk-isuk pada disiksa
Dijejer ditaleni dan dipelosoro
Emake Gerwani, teko kabeh milu ngersoyo
Jendral Jendral maju terus dipateni

Mungkin karena plesetan lirik tersebutlah, yang menjadi satu-satunya alasan tunggal yang memperkuat Orde Baru untuk menghancurkan lagu tersebut.
Semoga pada perkembangan bangsa Indonesia kedepan tidak ada lagi suatu produk budaya yang diharamkan oleh pemerintah. Karena produk budaya adalah produk budaya, tidak bisa dikaitkan dengan perkembangan suatu ideology atau pergerakan terlarang seperti yang terjadi pada PKI yang diharamkan oleh pemerintah orde baru pada saat itu.

DAFTAR PUSTAKA

Forum.detik.com/archive/index.php/t-27695.html. Diakses tanggal 1 Mei 2009 pukul 20.00
Plantamor. Diakses tanggal 1 Mei 2009 pukul 20.10
Sendaljepit.wordpress.com/2006/08/08/genjer-makanan-rakyat-yang-dibungkam-politik/
Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta; Gadjah Mada University Press.
Tim Morfologi Tumbuhan. 2009. Pedoman Praktikum Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta; Laboratorium Biologi UIN Sunan Kalijaga.
Wikipedia indonesia. Diakses tanggal 1 Mei 2009 pukul 20.10
www.sinarharapan.co.id/hiburan/budaya/2005/0423/bud2.html

LAMPIRAN

Gambar